KKG Bahasa Inggris SD Kabupaten Pekalongan : Antara Ada dan Tiada

Hari Sabtu tanggal 28 Mei 2011, saya dan rekan saya mendapat mandat untuk mengikuti pertemuan rutin KKG Bahasa Inggris SD ( KKG BI SD) tingkat Kabupaten yang bertempat di Aula Dindik Kabupaten Pekalongan. Dengan agenda materi yang menarik ditambah dengan narasumber yang mumpuni yaitu Pak Mursyid yang juga rekan sesama blog, menambah semangat saya untuk datang ke acara tersebut. Saya mencoba tepat waktu dengan berangkat lebih awal dengan harapan saat sampai di sana bisa langsung mengikuti acara.

Namun ketika sampai di tujuan, ternyata saya tiba paling dulu karena belum ada seorang pun yang datang, bahkan panitia sekalipun. Saya sempat bingung apakah acara ini benar-benar diadakan atau tidak. Selang beberapa menit kemudian datanglah satu per satu para peserta dan panitia. Itu pun masih harus menunggu satu jam lebih untuk memulai acara, karena panitia harus mempersiapkan dahulu peralatan dan perlengkapannya. Bahkan saya pun harus meminjamkan rol kabel listrik untuk digunakan panitia. Dan ketika acara dimulai, jumlah peserta yang hadir ternyata bisa dihitung dengan jari.

Pengalaman di atas membuat saya berpikir, apakah para panitia betul-betul serius menyelenggarakan sebuah acara khususnya pertemuan rutin sebulan sekali mengingat jumlah peserta yang mau hadir masih sedikit. Animo para guru Bahasa Inggris untuk mengikuti pertemuan rutin masih sangat rendah. Minimnya peserta yang hadir adalah fakta bahwa guru dan mapel Bahasa Inggris SD masih berada pada posisi kasta kedua. Kondisi ini seharusnya dipahami, apakah akan terus seperti ini ataukah ingin lebih baik.

Saya mempunyai analisa dan pendapat pribadi mengenai hal ini. Dan tentu saja tidak bisa dijadikan patokan karena ini hanya berdasarkan sudut pandang saya sendiri dan bukan mewakili kelompok ataupun komunitas tertentu. Menurut analisa saya sementara, kondisi KKG BI SD tingkat Kabupaten yang seperti ini disebabkan oleh tiga faktor.

Pertama, tidak adanya supervisor. Keberadaan supervisor atau semacam badan pengawas sangat penting untuk mengevaluasi kinerja dan alat kontrol sebuah lembaga atau organisasi. Lembaga atau organisasi tersebut melaporkan hasil kerja mereka selama satu periode kepada supervisor. Saat ini saya tidak tahu siapa yang menjadi supervisor dan pengontrol KKG BI SD Kabupaten Pekalongan. Apakah Kepala Dinas? Atau Kabid PPTK? Bahkan saya pun belum tahu dasar hukum pembentukan KKG BI SD tingkat Kabupaten. Hal ini menyebabkan kegiatan rutin KKG BI SD tidak terawasi karena tidak ada pelaporan, sehingga bisa saja beranggapan : yang penting ada kegiatan. Dan ketika periode berakhir, ya berakhirlah begitu saja. Seperti pada workshop di Kecamatan Wiradesa pada September-Oktober 2010 lalu. Tidak ada laporan mengenai hasil workshop. Jika proposal bantuan dana saja lancar terkirim ke masing-masing sekolah, mengapa laporan pertanggungjawaban selembar pun tidak ada? Mungkin saja panitia sudah lelah dan tidak sempat membuat laporan pertanggungjawaban.

Kedua, heterogenitas. Guru-guru Bahasa Inggris SD se-Kabupaten Pekalongan adalah masyarakat yang heterogen. Lihat saja, ada yang berlatar belakang jurusan Bahasa Inggris dan ada juga yang tidak. Ada yang guru mapel dan ada yang guru kelas. Ada yang PNS dan ada yang Wiyata Bhakti. Keanekaragaman ini menempatkan masing-masing kelompok pada kepentingannya sendiri-sendiri. Tidak ada kesepahaman tujuan dan tidak satu suara. Hal inilah yang menyebabkan tidak padunya tujuan dan arah langkah KKG BI SD Kabupaten Pekalongan. Tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata masih ada gap antara yang PNS dengan yang bukan.

Ketiga, kalah kepentingan. Guru-guru Bahasa Inggris SD tentu punya jabatan dan job “sampingan” selain mengajar. Kadang-kadang justru yang sampingan itulah yang lebih penting. Manakala keduanya bertemu dalam waktu yang bersamaan, pastilah urusan KKG yang harus ditinggalkan. Contohnya rekan saya yang bertugas di Kecamatan Kandangserang, Pak Kasadi. Dia mendapat amanat dari KKG BI SD untuk menjadi ketua panitia workshop, namun di saat yang bersamaan juga ditunjuk sebagai guru pemandu KKG Program BERMUTU. Hasilnya jelas, dia melepas urusan workshop dan fokus sebagai guru pemandu KKG BERMUTU. Saya sendiri pun sering mengalami benturan kepentingan tersebut, antara mengikuti pertemuan KKG kecamatan dan amanat dari Kepala Sekolah. Dan KKG-lah yang menjadi korban. Harus diakui bahwa tingkat urgensi KKG BI SD kalah telak dibandingkan dengan yang lain. Ketika terjadi benturan kepentingan, maka KKG BI SD pasti berada di pihak yang kalah.

Paparan di atas bukan bermaksud merendahkan ataupun meremehkan, namun hanya mengungkapkan fakta dan kondisi di lapangan yang sebenarnya yang saya alami. Saya pribadi yakin bahwa pengurus-pengurus KKG BI SD adalah tim yang solid, yang mampu mengedepankan organisasi daripada konflik antar individu. Karena usia organisasi ini masih muda, mungkin perlu waktu untuk menjadi lebih baik. Kondisi antara ada dan tiada sudah saatnya digantikan dengan eksistensi nyata. Tugas kita bersama untuk mengangkat derajat  organisasi ini menuju perubahan yang lebih baik. Jika semua elemen KKB BI SD mempunyai komitmen yang tinggi, sudah pasti pertemuan rutin KKG BI SD akan melebihi kuorum. Dan KKG BI SD tidak lagi berada pada kondisi antara ada dan tiada, namun tumbuh menjadi organisasi yang kuat dan mempunyai tingkat urgensi tinggi. Bukan tidak mungkin, hanya tidak mudah.

16 Responses to KKG Bahasa Inggris SD Kabupaten Pekalongan : Antara Ada dan Tiada

  1. Dede says:

    Bener, bos

  2. Yeyen says:

    Biasa, Pak. Jam karet buatan Indonesia memang sudah terkenal sampai ke seluruh Nusantara.

  3. Emmanuel says:

    Weleh…… klow ga ada anggaran dasarnya berarti ilegal dongx…. ga ada dasar hukumnya..

  4. Citra says:

    Ya tunggu aja lah, kan masih baru terbentuk. Butuh waktu, Pak.

  5. Robot Gedhex says:

    Biasah, pas mau minta dana, proposalnya bagus-bagus. Giliran minta pertanggung jawaban, pada kabur semua. Ha…ha… emang kelakuan..

  6. ika noprianti says:

    ada yg nasibnya lebih tragis lg,d kab sumedang belum ada KKG BI,para guru BI di SD hampir sluruhnya tk py background pendi2kn BI,dinas yg trkait pun blm py waktu u/ skedar melirik mslh itu,tantangn global cm jd pmbicaraan tnp makna,pdhl ini menyangkut nasib generasi bangsa.para guru BI SD di sumedang ingin sekali membentuk KKG,tp tidak ada yg menggerakan,kami mohon pencerahannya langkah2 apa yg harus kami tempuh untuk mengejar segala ketertinggalan ini?

    • Jangan menyerah, Mbak. Semua ada perjuangannya. Yg penting masing individu bisa meningkatkan kompetensi masing2. Tunjukkan semua prestasi yg bisa diraih. Kalao pingn membentuk KKG, buat dulu proposal KKG ditujukan ke UPT kecamatan. Setelah disetujui, segera kumpulkan semua anggota, buat struktur organisasi, dan segera susun rencana kegiatan KKG. Kalau di tmpat saya KKG dilaksanakan setiap 2 minggu skali. Materinya sesuai dengan apa yg ada dlm rencana kegiatan selama 1 thn. Saya yakin dengan semangat kebersamaan psti sgala sesuatu akan trcapai. Salam Sukses dari Kabupaten Pekalongan.

  7. Seperti mba ika, di tmpt sy pun blum ada KKG BI. Yang punya background pend. BI pun sdkt. Ada kbr bhwa bsk sbtu akan diadakan KKG BI tngkt kec. brtmpat d slah stu SD di kec. Bumijawa. Smg dgn adanya KKG ini akan bnyak memberikan manfaat pada guru2 bahasa inggris nantinya….

    • Optimis aja, Bu. Yg paling utama adalah tunjukkan prestasi yg kita punya. Buktikan kalau kita benar2 mampu dan berdaya guna… Saya ikut mendukung perjuangan panjenengan. Tak kirim doa dari sini..

  8. Mustofa says:

    KKG Bahasa Inggris tingkat SD memang terbilang baru dan perlu dikembangkan terus terus jalan agar tetap eksis….kita tunjukkan bahwa KKG Bahasa Inggris SD bisa maju. kalau di tempat saya di Kecamatan Tulis KKG kami alahmdulillah berjalan rutin tiap bulan. banyak peserta yang aktif….

Leave a reply to Citra Cancel reply